![20201218 DIes Natalis ke 6]()
[Jakarta, Berita ILCAN] Memperingati hari ulang tahunnya yang ke-6, ILCAN menyelenggarakan dies natalis secara online pada hari Senin (14/12). Kegiatan ini menghadirkan sejumlah pembicara dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), akademisi dan peneliti. Sekitar 200-an orang peserta menghadiri acara yang juga ditayangkan secara live di YouTube ini.
Acara dimulai dengan pembacaan tata tertib mengikuti webinar, yang disampaikan oleh sekretariat ILCAN. Usai menyanyikan lagu Indonesia Raya, acara dibuka dengan doa yang dipimpin oleh Prof. Dr. Novizar Nazir, pengajar di Universitas Andalas sekaligus Dewan Pembina ILCAN.
Dalam sambutan pembukaannya, Ketua ILCAN, Dr. Kiman Siregar, S.TP., M.Si, IPU. menyampaikan sangat bersyukur di ulang tahun ke-6 ini, ILCAN sudah bisa berperan untuk mendorong pengembangan LCA di Indonesia, meskipun masih banyak kekurangan dijumpai di sana sini.
“Saya mengajak semua pihak, untuk terus bersama-sama mengembangkan LCA di Indonesia, “ terang pengajar di Universitas Andalas ini.
“Dengan mengucap basmalah, kegiatan pun resmi dibuka,” imbuhnya.
Acara kemudian dimoderatori oleh Tri Hendro Atmoko Utomo, dari Pusat Standarisasi Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan dan Kehutanan (KLHK). Alumni Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan Yogyakarta dan Karlsruhe Institute of Technology ini membagi kegiatan dalam beberapa sesi presentasi pembicara yang diikuti dengan diskusi.
Presentasi pertama disampaikan oleh Ir. Noer Adi Wardojo, M.Sc., Kepala Pusat Standarisasi Lingkungan dan Kehutanan (Pustanlinghut), KLHK. Noer Adi mengapresiasi kontribusi ILCAN. “Di usia yang relatif muda, ILCAN telah bersama-sama dengan KLHK mendorong implementasi LCA di Indonesia,“ paparnya.
Kepala Pustanlinghut ini juga menginformasikan bahwa kajian LCA beserta hasil-hasilnya sudah menjadi pembicaraan di tingkat global dan perlu didorong juga di tingkat nasional. Pembicaraan ini tidak hanya oleh pakar lingkungan, tapi juga oleh diplomat internasional, seperti di pertemuan-pertemuan delegasi UNEP . Menteri KLHK akan mulai menggunakan instrumen LCA, karena kebetulan beliau juga pernah mempelajarinya juga dulu. Dengan adanya standarisasi LCA, maka penerapannya di proper semakin dikembangkan. LCA juga mendorong penerapan circular ekonomi serta ekolabel. Pertemuan menteri-menteri di UNEP tahun 2019 juga 2021 yang akan datang, sudah banyak diwarnai argumentasi terkait LCA, seperti pada produksi dan konsumsi plastik, subsitusi BBM fosil dengan biodiesel dsb. Negara penghasil minyak di timur tengah juga mendorong kajian LCA untuk membandingkan apakah fosil based fuel lebih ramah lingkungan atau tidak.
Suatu produk yang diklaim lebih ramah lingkungan, harus berlandaskan kajian LCA, atau setidaknya berbasis life cycle thinking/ life cycle perspective. Semua pihak, baik pemerintah, konsumen dan industri perlu didorong untuk lebih ramah lingkungan, sehingga tidak seorangpun yang akan tertinggal.
KLHK telah memiliki logo dan menetapkan skema ekolabel Indonesia, yang salah satunya berbasis LCA. Ekolabel I misalnya pada kertas, ekolabel II terutama untuk produk pendahulu, misalnya plastik yang semula virgin disubstitusi menggunakan secondary material. Adapun Ekolabel III berbasis LCA, kuantitatif. Skema ekolabel tipe III sdh dapat dimulai, dengan dinaungi peraturan tahun 2014. Ada reviewernya, ada operatornya, ada pelaksananya industri, dsb.
Pembicara kedua adalah Ir. Sigit Reliantoro, M.Sc, Ketua Sekretariat PROPER. Sigit menyampaikan pentingnya siklus Deming di perusahaan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Siklus ini terdiri dari Plan, Do, Check dan Act, yang diimplementasikan dalam kriteria PROPER.
PROPER mengadopsi LCA karena siklus Deming terbukti berhasil melakukan perbaikan dan penghematan di industri, yang diperkirakan melampaui 107 milyar rupiah. Kalau siklus Deming ini diimplementasikan di seluruh tahap LCA, maka perbaikan dan penghematannya diharapkan bisa semakin berlipat ganda. PROPER mengharapkan tool LCA ini dipakai di industri untuk melakukan lebih banyak lagi perbaikan dan penghematan lingkungan. Di samping itu, LCA juga bisa dikombinasikan dengan tool lain, seperti CSR, CSV, Social Innovation dan sebagainya. Ketua Sekretariat PROPER ini menyampaikan rencana penerapan LCA di PROPER pada tahun 2021. Sigit menyampaikan terimakasih kepada ILCAN yang turut membantu menyebarluaskan LCA di masyarakat sehingga pengelolaan lingkungan bisa lebih terukur dan bermanfaat.
Presentasi dilanjutkan oleh Dr. Edi Iswanto Wiloso, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang juga merupakan dewan Pembina ILCAN.
Edi mengapresiasi positif kebijakan penerapan LCA yang disampaikan para pembicara selanjutnya. Edi menambahkan alasan penerapan LCA adalah untuk menghindari pengalihan masalah (problem shifting).
Edi yang juga anggota Komtek 1707 untuk mengadopsi standar ISO menjadi SNI ini memberikan rekomendasi untuk pengarus-utamaan LCA di Indonesia, misalnya melalui pengembangan database inventori lintas stakeholder, pengembangan environmental product declaration, kompetensi personal untuk penyusunan LCA, kapasitas riset LCA dan media komunikasi hasil riset LCA melalui jurnal dan konferensi.
Di sesi berikutnya, Prof. Dr. Novizar Nazir memulai presentasinya dengan penelitian tentang pengetahuan mahasiswa terhadap produk yang berkelanjutan. Pengajar Universitas Andalas ini menekankan peran perguruan tinggi dalam menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan. Profesor di bidang LCA ini menerangkan bahwa saat ini sudah semakin banyak kampus yang mengembangkan produk yang ramah lingkungan, beberapa diantaranya masuk peringkat dunia.
Strategi yang bisa dilakukan perguruan tinggi antara lain: memahami desain produk yang berkelanjutan, menyusun mata ajar yang sesuai, meningkatkan kompetensi pengajar, perlunya kolaborasi serta kurikulum yang mendukung keberlanjutan di semua aspek. Lebih lanjut beliau mencontohkan bagaimana LCA diajarkan di beberapa mata kuliah di Universitas Andalas.
Di sesi terakhir, Dr. Kiman Siregar menerangkan tentang strategi lebih lanjut untuk pengimplementasian LCA di Indonesia. Kiman menyampaikan peran ILCAN untuk membantu penerapan LCA di Indonesia. ILCAN sudah melakukan berbagai upaya untuk mensosialisasikan ILCAN, tapi masih lebih banyak lagi tantangan yang perlu dipecahkan. Visi misi utama adalah mengembangkan capacity building dalam menyebarluaskan LCA, dengan bergandeng tangan dengan kementerian, industri dan pihak-pihak lain yang mempunyai interest dengan LCA. Kiman juga mengemukakan ILCAN tengah mencoba membangun database inventory LCA, yang diharapkan mendapatkan dukungan luas dari berbagai stakeholder. Terakhir, Kiman juga mengundang para pemerhati LCA untuk menulis artikel terkait LCA yang akan dipublikasikan oleh ILCAN sebagai bagian dari buku. <aars/ilcan>
The post Dies Natalis ILCAN ke-6: Strategi Percepatan Implementasi LCA untuk Produk Berkelanjutan appeared first on Indonesian Life Cycle Assessment Network.